PojokCyber.com –
Perdebatan muncul dalam sebuah postingan Instagram yang dituliskan oleh selebriti
Deddy Corbuzier pada beberapa waktu yang lalu. Selebriti yang pada awalnya
terkenal dengan kemampuan sulapnya ini mengungkapkan di dalam akun Instagramnya
bahwa dia telah menghadiahkan game kepada anaknya, Azka Corbuzier, yaitu Metal
Gear Solid V: The Phantom Pain.
Game Metal Gear Solid 5 |
Jika dilihat dari sudut pandang orang yang
sudah dewasa, pada dasarnya tidak ada yang salah dengan game tersebut. Game tersebut
dinilai oleh para pemerhati game, menampilkan permainan yang menarik.
Review atau ulasan yang ditulis dari media
ternama juga menunjukkan bahwa game yang dibuat oleh Hideo Kojima tersebut, mampu
menghadirkan cerita yang menarik yang membuat pemain menikmati keseruan yang
ada dalam game.
Masalahnya kemudian adalah, game tersebut berisikan
beragam konten yang sangat tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anak di bawah
umur.
Di dalam game tersebut, terkandung unsur kekerasan,
darah, kata-kata kasar, dan bahkan tema-tema yang tidak senonoh atau vulgar
tentang seks.
Padahal, jika dilihat pada cover game itu
sendiri, sudah tertulis jelas bahwa rating dari game ini, adalah 18+. Yang berarti,
game tersebut adalah permainan yang harusnya dimainkan oleh pemain yaang
berusia 18 tahun ke atas.
Hal tersebutlah yang kemudian menjadi
perdebatan dalam postingan Deddy Corbuzier tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa
game seperti itu tidak seharusnya diberikan kepada Azka yang baru menginjak umur
9 tahun.
Salah satu follower Deddy Corbuzier
menuliskan, "Itu game-nya tidak hanya kekerasan atau aksi biasa, tapi juga
ada woman abused and explicit woman body. I hope you didn't make a wrong choice
this one.”
Dalam postingannya, Deddy memberikan
penjelasan bahwa di balik keputusannya untuk memberikan game tersebut,
menurutnya keputusan yang tidak salah alias keputusan yang benar. Deddy
beralasan, anaknya, Azka Corbuzier, menurut penilaiannya sudah mampu membedakan
mana yang benar dan mana salah.
"Di sinilah peran orangtua dinilai.
Mampukah Anda mendidik anak untuk membedakan mana yang benar, mana yang
fantasy, dan mana yang hanya sebuah film. Di sinilah anak Anda diuji kemampuan
nalar berpikirnya," tulis Deddy.
Postingan itu pun akhirnya mendapat banyak
dukungan dari para follower-nya.
"Sebagai seorang ayah, saya setuju
dengan pernyataan Anda di atas," ujar salah satu follower.
Seberapa penting rating dalam sebuah game?
Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, apakah
keputusan Deddy Corbuzier menghadiahi anaknya dengan game tersebut salah?
Sebelum menjustifikasi benar atau salah atas
keputusan yang diambil oleh Deddy Corbuzier tersebut, alangkah baiknya kita
menyimak ulasan tentang rating game di dalam industri game.
Sejumlah negara di luar Indonesia, seperti Jepang,
negara-negara Eropa dan Amerika Serikat telah memiliki lembaga rating game di
masing-masing negaranya. Lembaga penilai rating game tersebut bertugas untuk
menentukan acuan batasan umur pemain yang dari sebuah game.
Amerika Serikat memiliki lembaga rating game yang
bernama Entertainment Software Rating Board (ESRB), negara Jepang memiliki
lembaga rating game Computer Entertainment Rating Organization (CERO), dan
Eropa memiliki lembaga rating game Pan European Game Information (PEGI).
Ketiga lembara rating di atas, memiliki penilaian
atau acuan rating masing-masing. Walaupun demikian, rating tersebut tidak terlalu
berbeda jauh.
Contoh, ESRB memiliki rating Early Childhood (eC)
untuk anak yang berusia di bawah 5 tahun; kemudian Everyone (E) untuk semua
umur; dan Adults only 18+ (Ao) untuk pemain yang bersuia di atas 18 tahun.
Sedangkan, lembaga rating game Eropa, CERO, memiliki
penilaian rating CERO A untuk semua umur, CERO B untuk pemian berusia 12 tahun
ke atas, CERO C untuk pemian berusia 15 tahun ke atas, dan CERO Z untuk pemian untuk
18 tahun ke atas.
Sejumlah rating gama tersebut, memiliki pula deskripsi
untuk menjelaskan konten game, seperti kata-kata kasar, kekerasan, eksploitasi
tubuh, dan lain-lain.
Sampai saat ini, di negara Indonesia sendiri,
belum ada lembaga rating game tersebut. Tetapi, menurut kabar yang didapatkan,
rating game ini sedang digodok oleh pemerintah.
So..., pertanyaan besarnya, sebenarnya seberapa
pentingkah rating sebuah game, terutama di Indonesia?
Rating game, tentu saja sangat diperlukan,
apalagi dengan semakin banyaknya game yang beredar di Indonesia. Rating game ini
bisa menjadi acuan bagi orangtua atau siapapun itu, untuk tidak sembarangan
membelikan, memberikan atau menyediakan game untuk anak-anak.
Dari sistem rating yang ada itu, orangtua atau
orang-orang dewasa di sekitar anak, bisa menilai taua melihat lebih jauh apakah
konten yang ada di dalam game tersebut pantas atau tidak dikonsumsi oleh anak.
Dari contoh kasus Deddy Corbozier di atas,
kita bisa memberikan gambaran. Deddy memberikan hadiah game Metal Gear Solid V,
dengan rating game 18+. Dengan rating yang jelas terpampang itu, seharusnya,
game ini sangat tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anak berusia 9 tahun seperti
Azka.
Walaupun, KompasTekno kemudian menuliskan
bahwa, rating dalam game hanyalah berupa acuan saja alias sesuatu yang tidak
mengikat sama sekali. Dan menyebutkan pula rating dalam game hanya bertugas
sebagai peringatan saja.
Penulis KompasTekno juga berpendapat bahwa, bagi
orangtua, seperti Deddy Corbuzier, tetap bebas untuk membelikan game dengan
rating apapun untuk anaknya. Tentunya, tulis KompasTekno, jika Deddy Corbuzier
sebagai orangtua, telah memahami tanggung jawab dan konsekuensi di balik
keputusannya.
Dalam hal ini, PojokCyber.com, tidak sependapat
dengan “kelonggaran” yang dituliskan oleh KompasTekno. Bagaimanapun juga, membelikan
atau memberikan atau menyediakan game dengan rating tertentu, harus pula
disesuaikan para pemainnya sesuai batasan umur yang seharusnya (dianjurkan
dalam acuan rating).
Sumber: http://tekno.kompas.com/